Minggu, 19 November 2023

Muhasabah Pagi Menggapai Ridho Illahi

 *MUHASABAH*

*_SIBUKKAN DIRI DAN HATI DENGAN APA YANG DIRIDHAI-NYA_*

Nafsu, syahwat dan ambisi biasanya tidak pernah tertarik dengan ilmu, sehingga sulit baginya berpikir dan berdzikir dalam makna yang sesungguhnya. Orientasi hidupnya hanya dipenuhi syahwat harta, tahta dan wanita dengan menghalalkan segala cara...

Akibatnya hidup kian tidak tenang, gelisah tanpa arah, terpana tanpa makna dan hati semakin kering kerontang dari siraman taman iman yang sangat diperlukan...

Padahal, taman surga ada di dalam majelis ilmu. Rasulullah bersabda, “Jika kalian melewati taman surga maka singgahlah dengan hati senang.”

Para sahabat bertanya, “Apakah taman surga itu?” Beliau menjawab, ”halaqah-halaqah dzikir atau halaqah ilmu.” 

(HR. Tirmidzi)

Dikatakan taman surga, karena hanya orang yang benar-benar berilmulah yang berpikir dan takut kepada Allah Azza wa Jalla,

إِنَّمَايَخۡشَىٱللَّهَمِنۡعِبَادِهِٱلۡعُلَمَـٰٓؤُاْۗ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hambanya hanyalah orang-orangyang berilmu.” 

(QS. Fathir:  28)

Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya."

(QS. Al-Isra’: 36)

Setelah menyebutkan pendapat para Salaf tentang ayat ini, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan adalah bahwa Allah Azza wa Jalla melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu berbicara hanya dengan persangkaan yang merupakan perkiraan dan khayalan.” 

(Tafsir Al Qur'anul Azhim, Surat Al-Isra’: 36)

Imam Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi rahimahullah berkata: “Barangsiapa berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti hawa-nafsunya."

(Kitab Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hlm. 393)

Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ

"Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun." 

(QS. Al-Qashshash: 50)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, qalbu yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak merasa puas, dan doa yang tidak didengar.” 

(HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga berdoa,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.” 

(HR. Ibnu Hibban)

Maka yang wajib dilakukan oleh seorang yang berilmu dan berakal adalah tidak menyibukkan diri dan hatinya, kecuali dalam hal-hal yang lebih baik, yaitu tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla dalam memperoleh apa yang dicintai dan diridhai-Nya, sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang penyair,

 وَإِذَا عَلِـمْتَ بِـأَنَّهُ مُتَفَاضِلٌ فَاشْغَلْ فُؤَادَكَ بِالَّذِي هُوَ أَفْضَلُ

"Dan jika engkau

mengetahui bahwa ia  begitu berharga, maka sibukkanlah hati nuranimu dengan hal yang lebih utama."

Sibukkanlah diri dan hati kita dengan hal yang diridhai-Nya sedemikian rupa sehingga sampai tidak sempat sedetikpun untuk berpikir dan melakukan hal yang tidak diridha-Nya...

Jika kita tidak disibukkan dengan ketaatan maka akan cenderung disibukkan dengan kemaksiatan dan kezaliman...

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menyibukkan diri dan hati dengan hal yang diridhai-Nya untuk meraih ridha-Nya... 

Aamiin Ya Rabb.

_Wallahua'lam bishawab_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar