Sabtu, 07 Oktober 2023

Jangan Terpikat dan Terikat oleh Syahwat

*MUHASABAH*

*_JANGANLAH TERPIKAT DAN TERIKAT OLEH SYAHWAT_*

Saudaraku,

Berkata Fadhilatus Syaikh Ibnu Al-'Utsaimin rahimahullah,

( إذا خِفْتَ أنْ تميلَ إلى الشَّهواتِ في الدُّنيا التي فيها المُتْعَةُ؛ فتذكَّرْ مُتْعَةَ الآخرة. ولهذا كان نبيُّنَا صلّى الله عليه وسلّم إذا رأى ما يعجِبُه مِن الدُّنيا قال: «لبيَّكَ إنَّ العَيْشَ عَيْشُ الآخِرةِ» ، فيقول: «لبيَّكَ» يعني: إجابةً لك ، مِن أجلِ أنْ يكبَحَ جِمَاحَ النَّفْسِ ؛ حتى لا تغترَّ بما شاهدت مِن مُتَعِ الدُّنيا ، فَيُقبل على الله ، ثم يوطِّن النَّفسَ ويقول: «إن العَيْشَ عَيْشُ الآخرة» لا عيشُ الدُّنيا. وصَدَقَ رَسُولُ الله صلّى الله عليه وسلّم، والله؛ إنَّ العيشَ عيشُ الآخِرةِ ، فإنه عيشٌ دائمٌ ونعيمٌ لا تنغيصَ فيه، بخِلافِ عيشِ الدُّنيا فإنه ناقصٌ منغَّصٌ زائِلٌ ).

Apabila engkau khawatir akan condong terpikat dan terikat kepada syahwat (keinginan) dunia yang padanya terdapat  banyak kenikmatan; maka ingatlah kepada kenikmatan akhirat.

Oleh karenanya Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam apabila beliau melihat sesuatu yang mengagumkannya dari dunia bersabda,

«لبيَّكَ إنَّ العَيْشَ عَيْشُ الآخِرةِ»

"Aku segera memenuhi panggilan-Mu, karena kehidupan terbaik adalah kehidupan akhirat."

Beliau mengucapkan, _labbaik,_ yakni sebagai bentuk pemenuhan panggilan-Nya, dalam rangka mengendalikan nafsu; hingga tidak tertipu, tidak terpikat dan tidak terikat dengan syahwat perhiasan dunia, sehingga dia menghadap Allah Azza wa Jalla dan mengokohkan jiwa seraya mengatakan,

"Sesungguhnya kehidupan adalah kehidupan akhirat bukan kehidupan dunia."

Sungguh benar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam demi Allah; sesungguhnya kehidupan itu adalah kehidupan akhirat, karena sesungguhnya dia adalah kehidupan yang abadi dan penuh kenikmatan yang tiada kepedihan padanya, berbeda dengan kehidupan dunia karena padanya kekurangan dan kepedihan lagi fana...

Saudaraku,

Kehidupan yang tidak berarti adalah kehidupan yang hanya terpikat dan terikat oleh syahwat dunia, kemewahan dan kenikmatannya; tidak memikirkan akhirat, tidak mempelajari dan mengamalkan perintah Allah Azza wa Jalla dan menjauhi larangan-Nya.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ 

“Mereka hanya mengetahui yang nampak dari kehidupan dunia, dan terhadap kehidupan akhirat mereka lalai.” 

(QS. Ar-Ruum: 7)

Al-Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

أي : أكثر الناس ليس لهم علم إلا بالدنيا وأكسابها وشئونها وما فيها ، فهم حذاق أذكياء في تحصيلها ووجوه مكاسبها ، وهم غافلون عما ينفعهم في الدار الآخرة ، كأن أحدهم مغفل لا ذهن له ولا فكرة

“Maknanya: Kebanyakan manusia tidak perhatian terhadap ilmu kecuali ilmu dunia, yaitu ilmu tentang macam-macam profesi, urusan-urusan dunia dan berbagai permasalahannya. Maka mereka pun menjadi terampil lagi pandai dalam berbagai lapangan pekerjaan dan profesi untuk menghasilkan keuntungan dunia, namun mereka lalai terhadap ilmu dan amal yang bermanfaat untuk mereka di akhirat, sampai di antara orang-orang yang lalai itu seakan tidak pernah terbetik di benaknya dan tidak pernah berfikir untuk kehidupan akhiratnya.” 

(Tafsir Ibnu Katsir, 6/274)

Saudaraku,

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ تَعَالى يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنيَا، جَاهِلٍ بِالآخِرَة

“Sesungguhnya Allah ta’ala membenci setiap orang yang pandai dalam urusan dunia, tapi bodoh dalam urusan akhirat.” 

(HR. Al-Hakim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Shahihul Jaami’: 2760)

Asy-Syaikh Al-‘Allamah Abdul Aziz Ar-Rajihi hafizhahullah berkata,

أنه لم يتفقه في دينه مما يجب عليه أن يعلمه؛ لأنه شغل نفسه بأمور الدنيا، فجعل الدنيا أكبر همه، ومبلغ علمه

“Orang yang Allah benci dalam hadits ini adalah orang yang tidak berusaha memahami ilmu agama yang wajib untuk dipelajari, karena ia menyibukkan dirinya dengan urusan-urusan dunia, maka dunia menjadi keinginan terbesarnya dan puncak ilmunya.” 

(Syarh Shahih Ibni Hibban, 4/12)

Saudaraku,

Al-Khalifah Ar-Rasyid Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu berkata,

الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنَ الْمَالِ، الْعِلْمُ يَحْرُسُكَ، وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالَ، الْعِلْمُ يَزْكُو عَلَى الْعَمَلِ، وَالْمَالُ تُنْقِصُهُ النَّفَقَةُ

“Ilmu lebih baik daripada harta, ilmu menjagamu, sedang harta engkaulah yang menjaganya, ilmu bertambah jika diamalkan, sedang harta berkurang jika dibelanjakan.” 

(Al-Hilyah, 1/80]

Al-Imam Ahmad rahimahullah berkata,

النَّاسُ إِلَى الْعِلْمِ أَحْوَجُ مِنْهُمْ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ لِأَنَّ الرَّجُلَ يَحْتَاجُ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ فِي الْيَوْمِ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ وَحَاجَتُهُ إِلَى الْعِلْمِ بِعَدَدِ أَنْفَاسِهِ

“Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman, karena seseorang perlu makan dan minum dalam sehari hanya satu atau dua kali, sedang keperluannya terhadap ilmu adalah sebanyak hembusan nafasnya.” 

(Madaarijus Saalikin, 2/440)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa mementingkan ilmu dari pada harta benda, menjaga tetap taat, menghindari terpikat dan terikat oleh syahwat, untuk meraih ridha-Nya...

Aamiin Ya Rabb.

_Wallahu a'lam bishawab_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar